Sejarah Bucket Hat: Dari Pelindung Cuaca ke Ikon Fashion Dunia
Bucket hat, topi berbentuk ember terbalik ini memiliki sejarah panjang dari Irlandia awal abad ke-20 sebagai pelindung hujan, hingga menjadi ikon fashion global yang digemari selebriti dan pecinta streetwear. Temukan evolusi gaya dan fungsinya dalam artikel ini!
HATBUCKET HATHISTORY
5/13/20252 min baca


Topi berbentuk seperti ember terbalik dengan tepi lebar menghadap ke bawah ini mungkin tampak sederhana, tapi siapa sangka bucket hat menyimpan sejarah panjang yang penuh transformasi. Awalnya muncul di Irlandia pada awal abad ke-20, bucket hat dikenal sebagai topi kerja bagi para petani dan nelayan. Mereka memanfaatkan bahan wol yang kaya lanolin, minyak alami dari bulu domba, yang membuat topi ini tahan air secara alami—sangat berguna untuk menghadapi hujan dan cuaca lembap khas wilayah itu. Bentuknya yang fleksibel dan bisa dilipat ke dalam saku membuatnya semakin digemari sebagai pelindung kepala yang praktis.
Ketika Perang Dunia meletus, bucket hat bertransformasi dari item petani menjadi perlengkapan militer. Dikenal sebagai "boonie hat" dalam versi militer, topi ini digunakan oleh pasukan infanteri di wilayah tropis karena ringan, cepat kering, dan tidak memakan tempat. Penggunaan dalam konteks perang membuat bucket hat mulai menyebar ke berbagai negara dan mendapatkan perhatian lebih luas.
Memasuki era 1960-an, bucket hat mulai bergeser dari dunia fungsional menuju dunia fashion. Gaya berpakaian yang santai dan kasual, terutama di Inggris dan Amerika, membawa bucket hat menjadi bagian dari pakaian luar ruangan seperti saat memancing, berburu, atau sekadar berjalan-jalan santai. Namun, kebangkitan sesungguhnya terjadi pada 1980 hingga 1990-an, ketika bucket hat merambah ke dunia musik, terutama hip-hop. Artis seperti LL Cool J dan Run-D.M.C. mengenakannya sebagai bagian dari identitas mereka, menjadikan bucket hat simbol kebebasan berekspresi, gaya jalanan, dan status sosial dalam kultur urban.
Setelah itu, bucket hat menyebar ke berbagai komunitas—skater, raver, bahkan pecinta gaya alternatif. Merek-merek streetwear ternama seperti Kangol mulai merilis bucket hat dengan desain khas yang memperkuat posisinya di tengah tren. Di masa ini, bucket hat tampil dalam berbagai warna mencolok, motif tie-dye, dan kadang disertai logo besar yang mencuri perhatian. Ia bukan sekadar pelindung kepala, tapi sudah menjelma menjadi bagian dari pernyataan gaya.
Tren fashion yang selalu berputar membawa bucket hat kembali berjaya sejak pertengahan 2010-an. Desainer ternama seperti Dior, Prada, dan Fendi menghidupkan kembali topi ini di panggung runway dengan sentuhan mewah: bahan kulit, nilon, kanvas eksklusif, hingga desain transparan. Tak hanya anak muda, selebriti papan atas dan influencer global juga turut mempopulerkannya kembali dalam gaya OOTD mereka. Kini, bucket hat hadir dalam banyak versi—sporty, klasik, bahkan eksperimental—dan dikenakan oleh siapa saja, tak terbatas gender maupun usia.
Dari akar yang sangat fungsional hingga menjadi simbol gaya global, bucket hat membuktikan bahwa desain sederhana bisa terus bertahan dan beradaptasi dengan zaman. Ia bukan sekadar pelindung kepala, melainkan evolusi dari fungsi ke fashion yang tak lekang oleh waktu.
Catch and Claim
Hubungi kami

